Pagi itu ibu mengajakku
berbelanja ke pasar, waktu itu aku masih kecil, mungkin TK atau kelas 1 MI (SD)…
aku ingat benar waktu itu, ibuku menggandeng tanganku, tapi aku lupa ntah
tangan kanan atau tangan kiriku yang beliau gandeng, yang jelas, satu tangannya
untuk menggandengku, dan tangan satunya untuk menjinjing belanjaan.
Seperti anak-anak kebanyakan yang
selalu banyak tingkah, aku juga… jadi walaupun tanganku digandeng aku tetap
saja jalan sambil lompat-lompat tak bisa kalem (kayaknya malah sampe sekarang
-_- )
Di tengah perjalan pulang itu,
kami melihat pengemis –seorang kakek tua dengan baju lusuh duduk dgn kaleng
bekas di depannya.
Ibu merogoh saku, aku lupa waktu
itu apa tanganku yang dilepas atau belanjaannya yang diturunkan sementara, yang
pasti ibu merogoh saku dan mengeluarkan beberapa rupiah lalu memberikannya
padaku. Aku pun menerima uang itu dan menatap ibu, ibu tersenyum sambil sedikit
membungkuk dan membisiki telingaku “artone
paringaken teng mbah-mban niko… kalih atine mbatin nggeh… do’akaken ben simbah
diparingi sehat tg Gusti Alloh” (“uangnya kasihkan ke mbah-mbah itu ya,
sambil membatin, berdo’a supaya kakek dikasih sehat sama Alloh”) ya, kira-kira
begitu bisik ibu, karena waktu itu kakekku memang sedang dikurangi ni’mat
sehatnya. Aku pun mengangguk.
Lalu kami kembali berjalan, dan
sesuai bisikan dari ibu, tepat di depan kakek itu kami berhenti dan aku
menyemplungkan uang yang tadi ibu berikan ke kaleng di depan kakek itu sambil
di hati berdo’a untuk kesehatan kakekku.
Dan aku masih ingat sekali, kakek pengemis itu berdo’a panjang sekali. Mendo’akan
semoga rejeki kami lancar, mendo’akan semoga aku jadi anak baik dan do’a2 lain yang kesemuanya adalah do’a2 kebaikan. Aku
ingat betul… waktu itu aku memegang tangan ibuku kuat sekali, terkejut dengan
do’a kakek tua itu. Terkejut betapa kakek itu benar2 berterimakasih. Padahal
setelah dipikir-pikir sekarang, aku
hanya berdo’a untuk kesembuhan kakek dan uang yang aku masukkan juga tak
seberapa. Andaikan untuk membawa kakekku berobat ke dokter pasti buat bli
bensinnya saja kurang apa lagi untuk berobat.? Tapi kakek itu berdo’a panjang
sekali untuk kebaikan kami…
Ibuku meng-aamiin-i do’a itu dan tersenyum
padaku kala itu… dan saat kami meneruskan perjalanan pulang, ibuku banyak
cerita tentang shodaqoh dan do’a… saya tidak ingat semua cerita itu, yang saya
pahami, ketika kita berdo’a dan dibarengi dengan ikhtiar dan sedekah,
insyaaAlloh hasilnya lebih baik,,, lebih berkah...
Begitulah, tiap aku punya hajat dan ingat pengalaman itu, aku jadi tergerak untuk berbagi...
Wallohu a’lam…
Dan cerita ini, insyaaAlloh bukan
pamer kalo saya pernah bersedekah kpd kakek2 itu… bukan
Saya hanya sedang teringat
pengalaman itu, dan saya terkesan sekali dgn cara ibu mendidik kami
putra-putrinya…
Semoga kelak aku bisa menjadi ibu
yang baik untuk anak-anakku seperti ibuku yang baik ^_^
Ibu… do’aku untukmu…. Sayangku untukmu….
Maaf baru sebatas ini… terimakasih ibu ^_^