Kamis, 09 Mei 2013

Pelajaran dari Ibu



Pagi itu ibu mengajakku berbelanja ke pasar, waktu itu aku masih kecil, mungkin TK atau kelas 1 MI (SD)… aku ingat benar waktu itu, ibuku menggandeng tanganku, tapi aku lupa ntah tangan kanan atau tangan kiriku yang beliau gandeng, yang jelas, satu tangannya untuk menggandengku, dan tangan satunya untuk menjinjing belanjaan.

Seperti anak-anak kebanyakan yang selalu banyak tingkah, aku juga… jadi walaupun tanganku digandeng aku tetap saja jalan sambil lompat-lompat tak bisa kalem (kayaknya malah sampe sekarang -_- )

Di tengah perjalan pulang itu, kami melihat pengemis –seorang kakek tua dengan baju lusuh duduk dgn kaleng bekas di depannya.

Ibu merogoh saku, aku lupa waktu itu apa tanganku yang dilepas atau belanjaannya yang diturunkan sementara, yang pasti ibu merogoh saku dan mengeluarkan beberapa rupiah lalu memberikannya padaku. Aku pun menerima uang itu dan menatap ibu, ibu tersenyum sambil sedikit membungkuk dan membisiki telingaku “artone paringaken teng mbah-mban niko… kalih atine mbatin nggeh… do’akaken ben simbah diparingi sehat tg Gusti Alloh” (“uangnya kasihkan ke mbah-mbah itu ya, sambil membatin, berdo’a supaya kakek dikasih sehat sama Alloh”) ya, kira-kira begitu bisik ibu, karena waktu itu kakekku memang sedang dikurangi ni’mat sehatnya. Aku pun mengangguk.

Lalu kami kembali berjalan, dan sesuai bisikan dari ibu, tepat di depan kakek itu kami berhenti dan aku menyemplungkan uang yang tadi ibu berikan ke kaleng di depan kakek itu sambil di hati  berdo’a untuk kesehatan kakekku. Dan aku masih ingat sekali, kakek pengemis itu berdo’a panjang sekali. Mendo’akan semoga rejeki kami lancar, mendo’akan semoga aku jadi anak baik dan do’a2  lain yang kesemuanya adalah do’a2 kebaikan. Aku ingat betul… waktu itu aku memegang tangan ibuku kuat sekali, terkejut dengan do’a kakek tua itu. Terkejut betapa kakek itu benar2 berterimakasih. Padahal setelah dipikir-pikir sekarang,  aku hanya berdo’a untuk kesembuhan kakek dan uang yang aku masukkan juga tak seberapa. Andaikan untuk membawa kakekku berobat ke dokter pasti buat bli bensinnya saja kurang apa lagi untuk berobat.? Tapi kakek itu berdo’a panjang sekali untuk kebaikan kami…
Ibuku meng-aamiin-i do’a itu dan tersenyum padaku kala itu… dan saat kami meneruskan perjalanan pulang, ibuku banyak cerita tentang shodaqoh dan do’a… saya tidak ingat semua cerita itu, yang saya pahami, ketika kita berdo’a dan dibarengi dengan ikhtiar dan sedekah, insyaaAlloh hasilnya lebih baik,,, lebih berkah...

Begitulah, tiap aku punya hajat dan ingat pengalaman itu, aku jadi tergerak untuk berbagi...
Wallohu a’lam…

Dan cerita ini, insyaaAlloh bukan pamer kalo saya pernah bersedekah kpd kakek2 itu… bukan
Saya hanya sedang teringat pengalaman itu, dan saya terkesan sekali dgn cara ibu mendidik kami putra-putrinya…
Semoga kelak aku bisa menjadi ibu yang baik untuk anak-anakku seperti ibuku yang baik ^_^
Ibu… do’aku untukmu…. Sayangku untukmu…. Maaf baru sebatas ini… terimakasih ibu ^_^

Bisik-Bisik Misteri


Entah nanti pada akhirnya apa yang akan kukatakan
Aku merasa sulit membahasakan apa yang tengah terjadi dalam diriku
Riuh bisikan demi bisikan yang coba menggoda penjaga benteng di dalam hati sana
Bisikan yang bertubi-tubi
Tak jelas kata-kata apa yang dikeluarkan, ramai sendiri

Sudah tak terhitung berapa kali aku mencoba menunggalkan pendengaranku untuk itu
Tapi terlalu bertubi-tubi, saling sahut-menyahut
Dari sudut sana aku mendengar bisikan tak jelas
Pun dari sudut-sudut yang lain
Aku pusing
Diputari bayang-bayang aksara kebisuanku sendiri

Sesekali aku berhenti peduli pada bisik-bisik itu
Bosan
Dan setiap kali itu
Aku harus terheran sekaligus muak
Mengapa aku tak bisa lama mengacuhkan bisik-bisik itu.?
Jiwaku lagi-lagi terpanggil untuk mempedulikannya
Untuk mengerti apa yang sebenarnya sudut-sudut hatiku ingin sampaikan

Tapi ada 1 pertanyaan yang pasti untuk semua itu
Nanti setelah aku mengerti, apa aku harus melakukan sesuatu untuk itu.?

Lima Huruf yang Kujaga


Seminggu yang lalu, aku masih di Jogja… masih berusaha menahan keluhan agar tak sampai tertuang…
Lima huruf  itu selalu hati-hati kujaga untuk tidak kuucap, mengeluh… lima huruf itu adalah huruf ke tiga, huruf pertama, huruf ke enam belas, huruf ke lima dan huruf ke sebelas, yang jika disusun kira-kira jadi begini: “C-A-P-E-K”
Yah… lima huruf tapi cukup menyesakkan…
Kesibukan  demi kesibukan baik itu tugas-tugas kampus, pondok serta ego yang selalu ingin dituruti…
Dan bayang-bayang manis akan rencana kepulangan di hari selasa sepulang praktikum (7 Mei ’13) benar-benar memberi atsmosfer luar biasa yang membuat semangatku membara untuk bisa menyelesaikan tanggungan-tanggunganku sesegera mungkin agar ketika aku pulang dan membolos kuliah tak  terlalu menjadi beban pikiran…
Tapi namanya manusia, merencanakan apapun tetap saja Alloh yang berhak menjawab hasilnya…
jum’at itu (3 Mei), aku baru beberapa menit rebah di lantai kamar pulang kuliah, tiba-tiba panggilan masuk dari ibu menyapa handphone bututku, beliau mengabarkan kabar duka… aku pun segera pulang (alhamdulillah, untung saja tugas-tugas sudah rampung waktu itu).
Setibanya di rumah sore itu aku hanya sempat sedikit merubah kostum. Lalu segera bergegas ke pemakaman…
Sejak jum’at itu sampai saat jemariku menuliskan ini (9 Mei) aku masih di rumah, kesugihan… dan rencana, besok kembali ke Jogja…
Memikirkan rencana itu, mendadak seperti ada benturan keras yang mengoyak-oyak pikiranku… bayang-bayang mulai hari besok setibanya di terminal Giwangan dan perjalanan-perjalanan selanjutnya… beeuuuuuhhhhh…..
Terbayang agenda Eksperimen besok sore, laporan-laporan, tugas-tugas kelompok, pondok meh Haul, meh wisuda Madin juga, penerimaan siswa-siswi MTs… yaa Alloh, seminggu di rumah apa terlalu lama.?
Seminggu di rumah, kenapa begitu asing dgn lima huruf yang sebelumnya begitu akrab dan selalu aku jaga baik-baik.? Dan kenapa sekarang aku jadi begini.? Kenapa aku deg-deg-an menyambut hari esok, menyambut kembali si “Lima Huruf”… oh, mungkin karena aku rindu kamu duhai “Lima Huruf”
“Lima Huruf” oh… “Lima Huruf”… mari kita kembali bersinergi bersama ^_^
Maaf kan aku seminggu ini…